Meluruskan Tawassul dalam Perspektif Azyumardi Azra

Mendiang Prof Azyumardi Azra
Sumber :
  • Antara

Artikel ini bertujuan menjelaskan makna ‘tawassul’ dalam Islam, baik yang disyariatkan maupun sebaliknya, sekaligus menjernihkan ‘tuduhan’ Prof. Azyumardi Azra dalam kolom ‘Resonansi’ Harian Republika 10/1/2013 yang berjudul “Ziarah Makam”. Menurutnya, hanya yang berideologi Wahabiyah saja menganggap bahwa warisan sejarah seperti kuburan menjadi sumber kemusyrikan. Padahal kalau kita mau jujur, ajaran Islamlah yang melarang kita untuk menjadikan kuburan sebagai tempat praktik ritual, termasuk salat dan mengaji depan kuburan. Apalagi bertawassul kepada orang yang jelas-jelas sudah tertimbun dalam kuburan.

Kawanan geng motor serang dan rusak rumah polisi

Sang guru besar menulis. “Ironi dan tragedi yang menimpa monumen-monumen historis di Arab Saudi jelas terkait dengan kerangka religio-ideologi Wahabiyah yang memandang warisan sejarah, khusunya makam, menjadi sumber kemusyrikan –mendorong khurafat dan takhyul bagi jamaah peziarah. Mereka dianggap menjadikan figur dalam makam sebagai ‘washilah’ untuk mendapat dan ampunan Allah swt.”

Menurut Ibnu manzhur, ‘tawassul’ berasal dari “al-washilah bermakna al-qurbah (pendekatan), wassala fulan ilallah washilah, ‘si fulan berperantara kepada Allah dengan satu washilah’ atau melakukan sesuatu perbuatan untuk mendekatkan diri kepadaNya. Wa tawassala ilaihi washilah  ‘bertawassul kepadaNya dengan suatu washilah’, yaitu mendekat kepadaNya dengan satu amal. Al-fairuz Abadi berkata, “wassala ilaihi ta’ala tausilan, ‘berperantara kepadaNya dengan suatu perantara, yaitu melakukan suatu perbuatan yang mendekatkan diri kepadaNya sebagai satu tawassul’.” Adapun ar Raghib al Asfahani berkata.”Hakikat dari al-washilah kepada Allah adalah memperhatikan jalanNya dengan ilmu dan ibadah, serta menapaki kemuliaan syariat seperti taqarrub”. Al-Fayumi berkata, “Wa tawassala ila rabbihi bi washila’, ‘Bertawassul kepada Tuhannya dengan suatu washilah’.” Yaitu mendekat kepadaNya dengan suatu amal.

Dihantam Gelombang 2 meter, kapal penangkap ikan, Dewi Jaya 2, terbalik, 22 orang hilang, 11 selamat

Pendapat  para ulama dia atas menggiring kita pada kesimpulan  bahwa dari segi bahasa kata ‘tawassul’ berakar dari al-wasilah. Dan kata al-wasilah atau al-washilah, lalu at-tawassul dengan at-tawashshul memiliki makna yang berdekatan, karna dalam literatur bahasa arab huruf sin dan huruf shad saling mewakili satu sama lain, artinya salah satunya menempati posisi yang lain, oleh karna itulah kita boleh membaca firman Allah dalam surah al-Fatihah ayat: 6,  yang berbunyi, “Ihdinashshirotal mustaqim, atau ihdinassiratal mustaqim, bacaan pertama dibaca sebagaimana umamnya yaitu huruf shad dan bacaan  kedua dibaca dengan sin, dan kedua bacaan ini termasuk dalam tujuh jenis bacaan Alquran, qira’ah as sab’ah.” (Abi ‘Aly Al Farisie, ‘Al- Hujjatu Lilqurrais Sab’ah’, hal. 110.)

Maka tawassul dan tawashshul memiliki makna yang sangat berdekatan, dan wasilah adalah sebab yang menyampaikan kepada tujuan. Sedangkan pengertian tawassul menurut sayariat adalah ibadah yang dengannya dimaksudkan tercapainya ridha Allah dan surga sebagai tujuan utama ibadah. Karena itulah kita berkata, bahwa seluruh ibadah adalah wasilah  atau sarana menuju keselamatan dari api neraka dan kebahagiaan masuk surga. Sebagaimana firman Allah. “Orang-orang yang  mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).” (al Isra’:57).

Film Rantemario bertarung dalam 24 Festival Film Internasional

Jika anda berpuasa Ramadhan misalnya, maka dapat dikatakan bahwa  itu adalah wasilah menuju ampunan dosa-dosa, begitupula dengan ibadah yang lainnya, shalat fardhu, sunnah, zakat, ibadah haji dan seterusnya. Semua ini tentu atas dasar iman dan pengharapan raja’. Jadi, segala amal shalih adalah washilah, dan tujuan dari perbuatan shaleh tersebut adalah, Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” (Ali Imran: 185).

Kita dapat menarik ‘benang merah’ bahwa maksud dari wasilah adalah pendekatan diri kepada Allah dengan suatu amal. Dan sama sekali tidak ada perkataan bahwa tawassul berarti mendekatkan diri kepada Allah dengan perantaraan orang-orang tertentu atau bersandar kepada orang orang yang telah meninggal. (Abu Anas ali bin Husain Abu Luz ‘At Tawassul, Aqsamuhu, wa Ahkamuhu’).

Halaman Selanjutnya
img_title