Meluruskan Tawassul dalam Perspektif Azyumardi Azra

Mendiang Prof Azyumardi Azra
Sumber :
  • Antara

Ragam Tawassul 

Irma Waty, Caleg Pendatang Baru yang Dipastikan Lolos Mengisi Kursi untuk Dapil 3 DPRD Takalar

Melihat fenomena masa kini, dalam menanggapi masalah tawassul maka tulisan ini coba memaparkan sedikit tentang pembagian jenis tawassul, baik yang dianjurkan maupun yang dilarang.

Diceritakan dalam kitab Shahih at Targhib wat Tarhib dalam bab ‘Anjuran Kepada Ikhlas; Kejujuran dan Niat yang Baik’, yang disusun oleh Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah bersabda. “Ada tiga orang dari ummat sebelum kalian yang sedang bepergian, sehingga mereka harus bermalam di sebuah goa, mereka masuk kedalamnya. Lalu sebuah batu besar menggelinding dari gunung dan menutup pintu goa. Salah satu dari mereka berkata, ‘Yang menyelamatkan kalian dari batu besar ini hanyalah do’a kalian kepada Allah [sambil bertawassul] dengan amal shaleh kalian.’

Ass Comunity dan Andalan Sulsel Peduli Beri Bantuan ke Korban yang Jatuh di jurang di Gowa

Salah satu dari mereka berkata, ‘Ya Allah, aku mempunyai bapak-ibu yang sudah tua. Aku tidak pernah mendahulukan siapapun atas mereka dalam minum susu di petang hari, keluarga maupun hartaku. Suatu hari aku pergi ke tempat yang jauh untuk mencari padang rumput. Aku tidak dapat kembali [menggiring unta-untaku pulang ke kandangnya] hingga keduanya telah tidur. Maka aku memerah susu untuk mereka minum di malam hari tapi aku mendapatkan keduanya sedang tidur, maka aku tidak mau mendahulukan orang lain dari mereka berdua dalam minum susu tersebut, tidak keluarga atau hartaku. Aku terdiam sementara bejana susu ada di tanganku sambil menunggu keduanya bangun, sehingga fajar pun menyingsing –sebagian rawi menambahkan, sementara anak-anakku menangis di kakiku—keduanya bangun dan minum susunya. Ya Allah, jika aku melakukan itu demi mencari wajahMu maka bukalah kesulitan kami akibat batu besar ini’. Maka batu besar itu bergeser sedikit tapi mereka belum bisa keluar.”

Nabi melanjutkan, “Yang lain berkata, Ya Allah, aku mempunyai sepupu perempuan. Dia adalah orang yang paling saya cintai. Aku berhasrat melakukan [apa yang dilakukan oleh suami terhadap isterinya] kepadanya, tetapi dia menolakku. Sampai ketika dia tertimpa paceklik, dia datang kepadaku. Aku memberinya sertatus dua puluh dinar emas dengan syarat dia menerima ajakanku, maka diapun menerima. Tetapi ketika aku telah menguasainya dia berkata, ‘Aku tidak mengizinkanmu membuka cincinku [perawanku] kecuali dengan haknya’. Maka aku merasa berdosa melakukan itu padanya, lalu melepasnya. Ya Allah, jika memang aku melakukan itu demi mencari wajahMu maka bukalah kesulitan kami.’ Maka batu itu bergeser, hanya saja mereka belum bisa keluar.”

Digugat Rp500 Miliar,LBH Pers Makassar Nilai Penggugat Berupaya Bangkrutkan Media dan Jurnalis

Nabi melanjutkan, “Yang ketiga berkata, ‘Ya Allah, aku menyewa beberapa pekerja. Dan aku telah membayar gaji mereka. Hanya seorang yang belum, dia pergi meninggalkan haknya. Lalu aku mengembangkan haknya itu sampai ia menjadi harta yang melimpah. Beberapa waktu kemudian dia datang kepadaku. Dia berkata kepadaku, ‘Wahai hamba Allah, berikan hakku’. Aku menjawab, ‘Apa yang kamu lihat ini adalah gajimu: unta, sapi, domba, dan hamba sahaya’. Dia berkata, ‘Wahai hamba Allah, jangan mengejekku’. Aku berkata, ‘Aku tidak mengejekmu’. Lalu dia mengambil semuanya. Dan dia menggiringnya tanpa menyisakan apapun. Ya Allah, jika  aku melakukan demi mencari wajahMu, angkatlah kesulitan kami.’ Lalu batu itu bergeser dan mereka keluar dan meneruskan perjalanan.”

Kisah di atas mengajarkan kita bahwa keihklasan dalam beramal merupakan modal utama untuk dapat dijadikan washilah akan terkabulnya doa, sebagaimana tiga orang di atas yang menjadikan amal shaleh sebagai jalan untuk bertawassul agar keluar dari kesusahan yang menimpa mereka, dan ini termasuk salah satu tawassul yang disyariatkan.

Halaman Selanjutnya
img_title