Laporan Mahasiswa Asal Sulsel di Turki Pasca Gempa Dahsyat
- Istimewa
Musim Dingin
Saat ini, Turkiye menghadapi musim dingin yang ekstrim. Salju, angin, dan hujan membuat udara semakin dingin. Para korban gempa yang berada di bawah reruntuhan juga mendapat ancaman baru, kedinginan. Begitu juga dengan para penyelamat, mereka sulit mengevakuasi korban karena cuaca belum bersahabat. Mereka berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan korban yang kedinginan di dalam reruntuhan.
Beberapa foto menunjukkan para korban semalam berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan badan. Kabarnya para penyintas belum berani kembali dan tinggal di dalam rumah karena sering terjadi gempa susulan.
Meski demikian, pemerintah Turki telah menyiapkan 54 ribu tenda untuk para penyintas di lokasi gempa.
Saya mencoba menghubungi teman-teman PPI Kahramanmaras lewat bantuan ketua PPI Istanbul tetapi belum ada jawaban. Di grup Whatsaap, foto-foto mereka menunjukkan sedang berkumpul di dalam aula kampus. Mereka sudah tak berani kembali ke apartemen karena trauma. Semalam mereka menyalakan api unggun agar tetap hangat karena cuaca sangat dingin, dan salju yang lagi turun.
Rencananya mereka akan dievakuasi oleh KBRI. Kabar terbarunya, tak ada korban jiwa dari mahasiswa Indonesia di Kahramanmaras. Hanya satu orang yang luka karena terkena reruntuhan.
Pelajar-pelajar Indonesia di Turkiye juga sementara berusaha menggalang donasi untuk disalurkan ke korban di lokasi gempa. Kondisi medan yang sulit, sedang turun salju sehingga KBRI sarankan agar LSM dari Indonesia berkordinasi dengan pemerintah Indonesia, Kemenlu RI atau Palang Merah Indonesia.