Islamophobia di Eropa dan Amerika

Imam Shamsi Ali
Sumber :
  • Istimewa

Peperangan opini inilah yang membentuk persepsi. Dan siapa yang memenangkan peperangan ini, merekalah yang akan mengontrol “mindset” (cara pandang) manusia. Dan cara pandang inilah kemudian yang membentuk prilaku terhadap semua hal. Termasuk terhadap agama dan umat ini.

Menjawab pertanyaan moderator tentang penyebab Islamophobia, semua pembicara menyampaikan pandangan. Emel dari Jerman misalnya menegaskan bahwa Islamophobia disebabkan oleh ketidaktahuan. Mustofa dari Texas menekankan faktor sejarah, yang kemudian saya kuatkan dengan pengalaman saya sewaktu berkunjung ke 9 negara Eropa sebelum pandemi di tahun 2020 lalu.

Saya menyampaikan kasus yang saya alami di Bratislava, Ibukota Slovakia. Di kota ini, bahkan kata Turkish yang kuat dikaitkan dengan Ottoman Empire, sangat ditakuti. Sampai-sampai kopi Turki tidak boleh dinamai “Turkish Coffee”. Tapi disebut dengan “Special coffee.” 

Selain faktor sejarah dan kebodohan, memang diakui bahwa Islamophobia memang menjadi kendaraan banyak kepentingan. Selain kepentingan politik, Islamophobia juga menjadi kendaraan kepentingan capital. Hal ini terlihat dengan dukungan media yang digandengi oleh pemilik modal meraup keuntungan dengannya.

Bahkan sesungguhnya Islamophobia saat ini telah berwujud bisnis dan sumber penghasilan bagi sebagian orang. Kira-kira mirip dengan jalan hidup para buzzer di negara sana.

Ada satu poin yang cukup hangat diperdebatkan dalam diskusi itu. Ketika saya ditanya tentang solusi atau cara menghadapi Islamophobia di Eropa dan Amerika, saya  menekankan salah satunya dengan urgensi menjadi bagian dan berperan signifikan dalam kehidupan mainstream masyarakat. 

Istilah lain dari hal ini adalah pentingnya Komunitas Muslim di Barat untuk melakukan integrasi secara positif ke dalam masyarakat dan memainkan peranan signifikan yang akan dirasakan sebagai kontribusi kepada masing-masing negara.