Ngabuburit dibulan Suci Ramadhan, Komunitas Pemerhati Budaya dan Pusaka Gelar Diskusi "Buka Pusaka" di Benteng Somba Opu
- Sulawesiviva.com
SULAWESI.VIVA.CO.ID – Sejumlah komunitas pemerhati budaya dan pusaka dari berbagai daerah di Kabupaten Gowa, menggelar diskusi budaya bertajuk "Buka Pusaka Ramadhan".
Diskusi pusaka tersebut berlansung di situs bersejarah Benteng Somba Opu, Kelurahan Benteng Sombaopu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada Minggu (9/3/2025) sore. Kegiatan ini diadakan di hari ke 9 ramadhan 1446 hijriah sambil menunggu waktu berbuka puasa sebagai bagian dari upaya mempererat tali silaturahmi di bulan suci Ramadan.
Diskusi pusaka yang dihadiri sejumlah lembaga pemerhati Budaya
- Sulawesiviva.com
Acara ini dihadiri oleh pemerhati budaya dan pusaka dari Kabupaten Gowa, Makassar, Takalar, serta masyarakat sekitar yang tertarik dengan pembahasan mengenai berbagai aspek pusaka, seperti gagang, sarung, pamor, hingga bilah keris dan badik.
Diskusi ini diselenggarakan oleh Lembaga Benteng Bassia, sebuah komunitas yang berfokus pada pelestarian pusaka Bugis-Makassar.
Diskusi Pusaka sambil menanti berbuka puasa
- Sulawesiviva.com
Dalam diskusi ini, para peserta membawa pusaka masing-masing untuk dibahas lebih dalam. Setiap pusaka memiliki filosofi dan nilai tersendiri, yang diyakini bisa menjadi sarana introspeksi diri.
Pendiri Lembaga Benteng Bassia, Abdul Karim Mappalewa, menyatakan bahwa diskusi seperti ini penting untuk menjaga hubungan antar pemerhati budaya sekaligus memahami makna di balik keberadaan pusaka.
"Buka pusaka artinya kita berdiskusi dan mengupas makna peruntukan pusaka sambil menunggu waktu buka puasa. Diskusi ini juga diharapkan bisa melahirkan pemahaman bahwa pusaka adalah alat introspeksi diri, bukan untuk melukai orang lain,"ujarnya.
Menurutnya, setiap pusaka mengandung filosofi kesejahteraan, ketentraman, dan kedamaian. Sayangnya, masih ada pihak-pihak yang menyalahgunakan pusaka untuk hal-hal yang merusak, sehingga diskusi seperti ini juga bertujuan untuk meluruskan pemahaman yang keliru.
Selain sebagai simbol budaya, beberapa peserta juga mengungkapkan bahwa pusaka sering digunakan untuk berbagai tujuan dalam kehidupan sehari-hari.
"Ada yang menggunakan pusaka untuk berdagang, ada yang membawanya dalam pemerintahan, atau sebagai bekal ketika merantau untuk mengubah hidup,"ungkap salah satu peserta diskusi.
Setelah sesi diskusi selesai, para peserta berbuka puasa bersama dengan takjil yang telah disiapkan, menutup acara dengan kebersamaan dan rasa syukur.
Melalui kegiatan Buka Pusaka Ramadhan, para pemerhati budaya berharap dapat terus memperkuat silaturahmi antar sesama serta menjaga kelestarian pusaka sebagai bagian dari warisan budaya Bugis-Makassar.