Masanya Pesantren Berbenah!
Karena perasaan tanggung jawab sebagai Pengawas atau pengurus (OSIS) itulah timbul rasa kekuasaan yang selanjutnya menimbulkan prilaku semena-mena. Yang menjadi masalah ketika otoritas itu diberikan kepada santri tanpa pengawasan yang baik dari guru atau Kyai.
Kurangnya pengawasan itu juga biasanya berdalih mengajarkan independensi atau maturity (kedewasaan) kepada para senior di pesantren. Sebuah excuse (alasan) yang nampak masuk akal. Tapi sangat reckless (tidak berhati-hati), bahkan dangerous (berbahaya).
Pada akhirnya saya mendoakan semoga apa yang terjadi kepada seorang santri di Gontor (dan mungkin di tempat lain yang tidak terekspos) menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk melakukan introspeksi. Bahkan harusnya menjadi motivasi bagi semua pesantren untuk melakukan pembenahan-pembenahan dalam segala hal.
Sehingga ke depan pesantren dapat tampil sebagai institusi pendidikan yang berkwalitas tinggi. Bahkan lebih hebat dari sekolah-sekolah Istimewa lainnya yang selama ini mendominasi dunia pendidikan di Indonesia.
Masanya berhenti mengeluh dan menyalahkan. Masanya berbenah!
New York City, 6 September 2022
Penulis: Imam Shamsi Ali, seorang pendakwah kelahiran Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, dan saat ini tengah mengembangkan dakwah Islamiyah di Amerika Serikat, dan menjabat sebagai Presiden Nusantara Foundation.