Guru SMP di Gowa Digerebek Warga Diduga Berbuat Asusila di Dalam Masjid, Kapolsek : Keduanya Tidak Mengaku
- Sulawesi.viva.co.id
SULAWESI.VIVA.CO.ID - Sebuah video yang viral di media sosial memperlihatkan detik-detik penggerebekan seorang guru SMP oleh warga di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, diduga terlibat asusila dengan salah satu siswinya.
Pengerebekan Guru dan Siswinya ini terjadi pada Rabu, 1 Januari 2025, di salah satu ruangan Masjid,yang berada Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa.
Dalam video yang beredar luas di Facebook, terlihat sejumlah warga menggerebek seorang pria yang diduga adalah seorang guru honorer berinisial AR (28), bersama seorang siswi berinisial NA (14), yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP.
Keduanya diduga berbuat mesum terlibat dalam suatu kejadian yang mengundang pertanyaan, mengingat lokasi kejadian adalah masjid, yang seharusnya menjadi tempat ibadah.
Bahkan di dalam video viral itu terlihat seorang pria yang ditemani wanita berbaju putih mengenakan kerudung berlutut dan meminta agar kejadian ini tidak di viralkan.
Video tersebut segera menarik perhatian publik, dan peristiwa ini pun menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Kapolsek Bungaya, AKP Hamsir Natsir, memberikan penjelasan terkait insiden ini. Ia mengungkapkan bahwa kejadian berawal ketika AR dan NA hendak menuju tempat wisata di Bissoloro.
“Mereka berdua hendak berlibur ke wisata di Bissoloro, namun karena hujan deras, mereka berteduh di Masjid Bissoloro,” ujar AKP Hamsir Natsir saat ditemui di Mapolres Gowa, Jumat (3/1/2025).
Menurut keterangan Kapolsek, setelah warga mengetahui adanya dua orang yang berada dalam masjid pada waktu yang tidak wajar, mereka langsung melakukan penggerebekan.
Video penggerebekan tersebut pun segera viral di media sosial, memicu berbagai spekulasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi di dalam masjid.
Setelah penggerebekan, keduanya langsung diamankan oleh warga dan dibawa ke rumah Sekretaris Desa Bissoloro. Tak lama kemudian, mereka dibawa ke Mapolsek Bungaya untuk menjalani interogasi lebih lanjut.
"Kami langsung menginterogasi mereka secara terpisah, laki-laki dan perempuan. Hasilnya, keduanya mengaku tidak berbuat apa-apa sebagaimana yang diinformasikan di media sosial," jelas AKP Hamsir.
Proses interogasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian menunjukkan bahwa kedua belah pihak membantah segala tuduhan yang beredar.
AR dan NA menyatakan bahwa mereka tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma, meskipun video yang beredar di sosial media mengundang beragam spekulasi.
Menanggapi situasi ini, pihak kepolisian juga meminta orang tua dari kedua belah pihak untuk datang dan melakukan mediasi.
“Hasil mediasi yang kami lakukan antara kedua orang tua dan anak-anak tersebut adalah mereka sepakat untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan,” ungkap AKP Hamsir Natsir.
Dengan adanya mediasi, kedua belah pihak sepakat untuk mengembalikan anak mereka masing-masing kepada keluarga dan menyelesaikan permasalahan ini tanpa melibatkan proses hukum lebih lanjut.
Meskipun demikian, kasus ini masih menjadi perhatian masyarakat, terutama terkait dengan etika dan perilaku seorang pendidik.
Banyak pihak yang berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi, dan bahwa masyarakat selalu berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.
Kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan dalam lingkungan pendidikan, serta perlunya pemahaman yang lebih baik tentang batasan dan peran guru sebagai pendidik yang seharusnya memberikan teladan baik bagi para siswa.
Pihak kepolisian juga terus memantau perkembangan kasus ini untuk memastikan bahwa tidak ada penyalahgunaan wewenang atau tindakan yang merugikan pihak manapun.