Wayang Potehi, Warisan Budaya Tionghoa yang Tetap Hidup di Tangan Seorang Mualaf di Gowa
- Sulawesi.viva.co.id
"Di Jawa, teman-teman yang tergabung dalam paguyuban wayang potehi kebanyakan bukan keturunan Tionghoa, tetapi mereka punya animo besar untuk melestarikan seni ini. Saya berharap di Sulawesi Selatan juga bisa seperti itu," Ungkit Pria Tionghoa yang kini menjadi mualaf.
Wayang potehi sendiri berasal dari kata "pou" yang berarti kain, "te" yang berarti kantong, dan "hi" yang berarti wayang. Secara harfiah, potehi bermakna wayang boneka dari kantong kain.
"Seni ini bukan hanya hiburan, tetapi juga media penyampaian cerita yang sarat nilai moral dan budaya."Pungkasnya.
Bagi David, menjadi mualaf tidak menjadi penghalang untuk mempertahankan warisan budaya leluhurnya.
"Saya memandang budaya sebagai identitas dan kekayaan yang harus dijaga, apapun agama yang kita anut."Ujarnya.
"Melestarikan wayang potehi adalah cara saya menghormati warisan leluhur sekaligus memperkenalkan nilai-nilai universal yang ada dalam seni ini kepada generasi muda,"Tambah David.
Keberadaan wayang potehi di Sulawesi Selatan kini memang semakin langka. Namun, berkat dedikasi dari sosok seperti David, seni ini tetap hidup dan menjadi pengingat akan kayanya budaya yang dimiliki Indonesia.