Titisan Raja Bone, Polisi Pertama Jadi Pahlawan Nasional
- Istimewa
Catatan penting lainnya, Jasin terlibat dalam penanggulangan Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang bermaksud melakukan kudeta pada 1950. Ia memperoleh misi penting untuk menyelamatkan pemerintah dari bahaya APRA di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling.
Jasin membentuk satu komando Operasi Mobile Brigade yang terdiri dari 25 kompi dan dikonsentrasikan di Jakarta. Ia duduk sebagai pimpinan komando. Operasi ini juga bertujuan untuk menunjukkan kekuatan demi kepentingan wibawa pemerintah sambil mengatasi bahaya APRA dan mitranya..
Lalu muncul gerakan separatis lainnya, yakni gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang dideklarasikan pada 7 Agustus 1949 di Jawa Barat.
Jasin kembali dipanggil untuk ambil bagian dalam menuntaskan urusan ini. Serta merta ia membentuk dan memimpin batalyon khusus berupa 10 kompi Brigade Mobil untuk menumpas DI/TII.
Dalam prosesnya, Jasin juga harus menangani misi serupa di Aceh. DI/TII rupanya sudah menyebar ke sejumlah wilayah, termasuk di Serambi Mekkah yang dimotori Daud Beureueh.
Perjalanan ke markas DI/TII di Aceh menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi Jasin dan pasukannya. Rombongan Jasin beberapa kali dicegat ratusan pasukan DI/TII. Ia terheran-heran karena laskar pemberontak itu memiliki persenjataan yang cukup canggih, termasuk bazooka.
“Saat itu TNI belum memiliki bazooka. Kita tidak punya uang untuk membelinya,” kata Jasin.