Korban Asusila dari Jeneponto Mengalami Trauma Mendalam

UPT Perlindungan Perempuan dan Anak Sulsel.
Sumber :

Sulawesi.viva.co.id - M (7), murid sekolah dasar asal Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang diduga menjadi korban kekerasan seksual, tengah menjalani perawatan dan observasi di ruang perawatan anak Rumah Sakit Unhas Makassar.

Dihantam Gelombang 2 meter, kapal penangkap ikan, Dewi Jaya 2, terbalik, 22 orang hilang, 11 selamat

Dalam pemeriksaan itu, korban didampingi Ibunya dan kepala seksi tindak lanjut UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sulsel.

Kepala UPT PPA Dinas Sulsel, Meisy Papayungan, mengatakan korban saat ini masih lebih banyak diam, sehingga tim berusaha berkomunikasi agar korban tidak merasa ketakutan, dan keluarganya juga tidak merasa sendiri menerima ujian itu. 

Film Rantemario bertarung dalam 24 Festival Film Internasional

Dia mengaku akan segera menurunkan tim setelah seluruh tindakan medis selesai dilaksanakan kepada korban, dan proses pendampingan akan dilanjutkan dengan perawatan kondisi mental korban melalui psikolog. 

 “Kondisi terkini korban saat ini masih dipantau, diobservasi, juga sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa supaya segera bisa ditindaki hari ini,” kata Meisy, Senin, 1 Agustus 2022.

Lurah Barombong Himbau Masyarakat Agar Tidak Berenang di Pantai Barombong, begini Alasannya

 Meisy mengatakan, korban dirujuk dari Kabupaten Jeneponto pada Senin subuh tadi 

“Pasien dirujuk jam 4 subuh. Kami terima informasi jam 6 pagi, segera sudah ada tim di sana, ada kepala Seksi Tindak Lanjut UPT PPA Sulsel, kemudian tadi, juga saya sudah berkoordinasi langsung dengan pihak rumah sakit untuk bagaimana penganan selanjutnya,” tutur Meisy.

 Ia melanjutkan, selain berfokus pada tindakan medis yang akan diberikan kepada korban, pihak UPT PPA juga mendampingi ibu korban baik dalam berkonsultasi dengan pihak rumah sakit maupun menyediakan kebutuhan spesifik bagi korban dan keluarganya. 

 “Sekarang ini kami fokus pendampingan untuk tindakan medis korban. Kami juga mendampingi keluarga, yakni orangtua korban, karena tidak tahu tindakan-tindakan apa yang harus diambil jika konsul dengan dokter. Beliau juga masih trauma dan sedih kaget anaknya menjadi korban,” tutur Meisy.

 “Kami juga sudah antisipasi dengan menyediakan kebutuhan spesifik, baik pakaian, susu. Apa pun kebutuhan spesifik, kami sudah siapkan,” jelas Meisy.