Ngeri!! MUI Sulsel: Bunuh Diri, Kekal di Neraka

MUI Sulsel
Sumber :

Sulawesi.viva.co.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan mengomentari kasus bunuh diri seorang ibu di Kabupaten Pinrang sebelum terlebih dahulu memberikan racun kepada kedua anaknya hingga ikut meninggal dunia.

Dihantam Gelombang 2 meter, kapal penangkap ikan, Dewi Jaya 2, terbalik, 22 orang hilang, 11 selamat

Sekretaris Umum MUI Sulsel, Ustaz Muammar Bakry, menyampaikan dalam sebuah hadis Rasulullah menyebutkan bahwa barang siapa yang mencelakai dirinya yang menyebabkan ia mati, maka ia telah menceburkan dirinya ke dalam neraka.

"Dengan kata lain bahwa tindakan bunuh diri merupakan tindakan yang mengakhiri hidupnya dengan su'ul khatimah (akhir yang buruk), dan digolongkan sebagai bentuk kekufuran. Bahkan, ada ulama mengatakan bahwa (pelaku bunuh diri) itu kekal di neraka," tutur imam besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M. Jusuf, Kota Makassar, itu. 

Film Rantemario bertarung dalam 24 Festival Film Internasional

Ustaz Muammar menjelaskan, kekekalan seseorang di neraka dalam konsep Alqur'an maupun hadis terletak kekufuran kepada Allah.

"Ada hadis yang mengatakan bahwa orang yang bersyahadat Lailahaillallah, misalnya, sekalipun ada hal-hal terlarang yang dilakukan atau banyak kewajiban yang ditinggalkannya, tetapi dia masih memiliki keyakinan, maka dia tidak kekal di neraka. Berbeda dengan orang yang melakukan bunuh diri, ia kekal di neraka," jelasnya. 

Lurah Barombong Himbau Masyarakat Agar Tidak Berenang di Pantai Barombong, begini Alasannya

"Oleh karena itu, kasus (bunuh diri) yang terjadi diharapkan tidak terulang lagi, sehingga masyarakat perlu berhati-hati ketika misalnya berhutang kepada seseorang agar sebaiknya tidak berutang di rentenir," harapnya. 

Ustaz Muammar melanjutkan, sangat perlu diberikan pemahaman kepada masyarakat agar menghindari yang namanya berutang kepada orang lain.

"Kebutuhan-kebutuhan pokoklah yang pertama dipikirkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya. 

Ustaz Muammar juga mengingatkan agar menghindari berutang hanya karena persoalan gengsi, misalnya ingin membeli barang yang tidak diperlukan, apalagi berutang pada rentenir, itu sangat ber-mudharat.

Untuk menghindari hal tersebut, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, tersebut mengharapkan kepada setiap keluarga agar sebaiknya terbangun kekerabatan dan keakraban internal keluarga. 

Ustaz Muammar menyarankan kepada kepala keluarga agar seharusnya memaksimalkan peran sebagai kepala rumah tangga untuk pembinaan keluarganya, pembinaan putra-putri, karena yang paling bertanggung jawab di keluarga adalah suami. 

"Kepala keluarga harus memperhatikan kehidupan keluarganya, kehidupan pendidikan, kehidupan akhlak dan kehidupan sosial ekonomi," terangnya.

Selain itu, Ustaz Muammar juga berharap kepada pemerintah agar proaktif, apalagi dengan naik semua harga bahan pokok. Pemerintah dalam hal ini pimpinan tertinggi dalam satu skop misalnya RT, kecamatan, atau kelurahan, itu harus proaktif melihat apa yang terjadi di masyarakatnya. 

"Kebijakan-kebijakan yang sifatnya nasional juga harus pro kepada masyarakat miskin," tuturnya.  

Ustaz Muammar juga mengajarkan doa agar tidak terlilit utang.

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Ya Allâh, cukupilah aku dengan rezeki-Mu yang halal (hingga aku selamat) dari yang haram. Cukupilah aku dengan karunia-Mu (hingga aku tidak meminta) kepada selain-Mu

"Berdasarkan hadis riwayat At-Tirmidzi, apabila kita mengamalkannya (membacanya), niscaya Allâh akan memudahkannya untuk menyelesaikan hutang berapapun besarnya, meskipun sebesar gunung," kata Ustaz Muammar.