Tawaf, Sa’i dan Kehidupan Dunia

Imam Shamsi Ali
Sumber :

Hal lain yang biasa keliru di kalangan jamaah haji atau umrah adalah mereka melakukan ibadah sa’i yang dianggap sa’i sunnah. Padahal dalam syariah tidak dikenal sa’i sunnah. 

Kawanan geng motor serang dan rusak rumah polisi

Makna tawaf dan sa’i dalam kehidupan 

Jika tawaf berarti berkeliling dan memastika bahwa Ka’bah menjadi pusat perputaran yang sekaligus salah satu rukun Haji. Thawaf Sesungguhnya merupakan miniatur kehidupan yang berputar dari satu titik menuju ke titik yang sama.

Dihantam Gelombang 2 meter, kapal penangkap ikan, Dewi Jaya 2, terbalik, 22 orang hilang, 11 selamat

Amalan ritual itu menggambarkan kehidupan manusia yang berasal dari satu titik “لله" (milik Allah) dan pada akhirnya kembali ke titik yang sama “اليه". Kenyataan ini digambarkan dalam filsafat hidup seorang Mukmin: انا لله وانا اليه راجعون.

Selain pemahaman itu, juga satu hal yang krusial adalah bahwa selama perputaran dalam thawaf Ka’bah harus selalu menjadi pusat perputaran. Dalam realita kehidupan satu hal yang menentukan adalah pentingnya selalu menjadikan Allah sebagai “Pusat” perputaran hidup. Kemana saja pergerakan hidup ini, kaya atau miskin, kuat atau lemah, sehat atau sakit, Allah harus selalu menjadi pusarannya. 

Film Rantemario bertarung dalam 24 Festival Film Internasional

Sa’i sesungguhnya menjadi bagian dari pembicaraan tentang tawaf. Karenanya sa’i selalu mengekor kepada tawaf. Karena sesungguhnya sa’i adalah esensi dari perputaran itu. Hidup dalam dunia adalah hidup tertantang. Alqur'an menyebutnya dengan “balaa” (liyabluwakum). Dan karenanya perlu usaha sungguh-sungguh yang terpatri dalam amalan sa’i itu. 

Sa’i memaknai bahwa mencari rezeki Allah itu keharusan. Tapi ada dua hal yang harus menjadi catatan. Satu, apa yang diburu itu (dunia) kadang berwujud fatamorgana. Yang hakiki pada akhirnya apa yang Allah karuniakan. 

Halaman Selanjutnya
img_title