Hari Santri, Pesantren Tanpa Kiai

Ponpes Darul Huffadh, Tuju-tuju, Kabupaten Bone.
Sumber :
  • Istimewa

Sanrego, yang fenomenal dan melegenda dengan 'kayu sanrego' adalah tempat kelahirannya. Kayu sanrego ini sejenis kayu herbal yang secara tradisional digunakan masyarakat untuk mendongkrak stamina lelaki (seks). Awalnya, konon ada kuda hitam (nyarang bolong) yang selalu menjilat pohon sanrego, setelah menjilat pohon tersebut, Si Bolong Sanrego mampu 'kawin' dengan kuda betina hingga 40 ronde. Dari sini masyarakat mengikuti jejak Si Bolong Sanrego. Tapi bukan ini yang saya ingin cerita lebih lanjut.

Dihantam Gelombang 2 meter, kapal penangkap ikan, Dewi Jaya 2, terbalik, 22 orang hilang, 11 selamat

KH. Dr Agus Beddu Malla, dalam hirarki pengabdian sudah berada di puncak, apa yang ia inginkan dalam hidupnya: tinggal di kota, mengajar di kampus ternama, mendapat pengakuan dari orang lain, semua telah ia genggam. Keresahan timbul, melihat tanah kelahirannya. Masyarakat sibuk dengan dunianya masing-masing, judi, minum tuak, masih lancar berjalan, anak-anak sekitar desa masih rendah kemampuan baca tulis dan pemahaman Al-Qur'annya. Desa yang wajib pilihnya lebih dari dua ribu jiwa itu selalu menghantui Gurutta Agus Beddu Malla. Seakan memanggil dirinya untuk datang mengabdi.

Dengan ilmu mumpuni, niat ikhlas, semangat tinggi, dan bekal materi bangunan seadanya, KH. Dr. Beddu Malla memulai program pendidikan di kampung halamannya. Namanya, Pondok Pesantren Al-Mannar, Sanrego, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone. Santrinya selain penduduk sekitar, juga sudah datang dari Mattiro Walie, Kecamatan Bonto Cani, yang bersebelahan dengan Sanrego. Di sini, para santri ditanggung biaya hidup dan pendidikannya oleh pimpinan pesantren.

Film Rantemario bertarung dalam 24 Festival Film Internasional

Jika di Makassar mengajar mahasiswa magister dan doktoral, di Sanrego mengajar anak SD dan jenjang SMP. Bangunan untuk masjid, asrama, kelas belajar, gazebo tempat mengaji dan menghafal Al-Qur'an, hingga toilet untuk santri dan jamaah masjid semua didanai oleh Gurutta Agus Beddu Malla sendiri dan dibantu masyarakat sekitar. Demikian lokasi lahannya, keluar dan kantong pribadi Gurutta. Dalam bahasa Bugis "Gurutta" adalah panggilan yang sama untuk "Kiai". 

Pondok Pesantren Al-Mannar Sanrego adalah tipologi pondok pesantren secara umum di Indonesia. Kekuatan figur menjadi sentral dan dominan. Itu pula yang saya rasakan ketika mondok di Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju Bone. Kala itu, Gurutta Haji Lanre Said sebagai kiai dan pimpinan. Kami para santri tinggal serumah dengan keluarga kiai, bahkan shalat, mengaji, menghafal, makan, mandi, juga di rumah kiai. Rumah kiai adalah sentra aktifitas. Setelah santri kian membludak, rumah kiai tidak muat lagi, maka para donatur berdatangan, membebaskan lokasi, membangun asrama, pondok sebagai tempat tinggal santri, dan ruang kelas sebagai tempat belajar. 

Lurah Barombong Himbau Masyarakat Agar Tidak Berenang di Pantai Barombong, begini Alasannya

Pesantren memiliki rukun dan syarat. Rukunnya harus memiliki kiai dan atau guru sebagai  pembina, masjid, pondok sebagai tempat tinggal,  ruang belajar dan santri. Syaratnya, semua yang terlibat dalam program dan proses pendidikan adalah muslim. Ketiadaan  salah satu rukun di atas akan berdampak pada tidak optimalnya program dan proses pendidikan di pesantren yang tentu akan sulit menggapai tujuan.

Jika dikerucutkan, roh pondok pesantren hakikatnya ada pada ketokohan dan keilmuan  seorang kiai atau pengasuh. Namun seiring berjalannya waktu, peran dan posisi kiai dalam pondok pesantren modern mulai bergeser. Kini, banyak pesantren yang tidak pernah dipimpin oleh kiai atau tidak tergantung dengan figur ulama tertentu, tapi karena memiliki guru, pengasuh  dan managemen yang baik, justru sukses mencetak santri berkualitas. 

Halaman Selanjutnya
img_title